7.11.2010

kesan tersembunyi

Pertemuan.

Keluarga kecil tampak bahagia menyambut kedatangan saya. si suami menyuapi sang istri yang kecil mungil sedang memangku anak mereka yang berpipi gembil belum genap satu tahun usianya.

Kumpulan perempuan gossip di jamannya semasa menuntut ilmu di tempat yang sama berkumpul di pojokan ruangan dan menjerit bersamaan saat saya datang ke arah mereka. Menyambut suka cita perut buncit saya.

Para lelaki yang tetap mejaga wibawa, bersalaman seperlunya. Tapi hangat.

Oh..pasangan-pasangan baru sungguh menarik hati. Suka-suka tapi malu. Bersentuhan tapi ragu. Wajah-wajah sumringah cinta merah jambu yang tak bisa ditutupi. Saya suka sekali.

Sahabat-sahabat sandaran hati. Sejak remaja hingga kini wanita. Selalu menjadi alasan utama setiap pertemuan. Temu rindu. Mengikatkan tali hati yang kendur. Agar kami tak terpisah terlalu jauh.

Dua hati yang saya tahu saling berharap dapat bertemu. Tapi gengsi. Sekedar menyapa saja sesulit ujian matematika. Masa-masa yang telah terlewati bersama telah menjadikan jarak. Saya hanya perlu menjadi jembatan saja.

Ada juga pemandangan usaha cinta. Apapun. Kapanpun. Dimanapun. Hahaha. Salut! Mereka-reka kejadian pada pertemuan tadi agar kamu bisa berlama-lama dengannya. Teruslah mengejar seseorang yang kau yakini sampai kau sampai pada titik dimana kau tak sanggup lagi. Semangat!! ^o^/

Lovely friends,
Love u all.

5 comments:

fuad hasan said...

saya suka paragragh 4

Wina Widyana said...

saya jg suka menuliskannya.. ^^

walapun saya lebih suka km membaca paragraf 6.. hag hag hag...

fuad hasan said...

sebenernya sih begituh cuman kamu kan tahu kalo saya gengsi mengakuinyah...hahahaha...

Sebetulnya ada cerita lanjutan dari paragraph 6 yang terjadi pada malam berikutnya...

Wina Widyana said...

saya tahu satu kata,

"kangen"

hahahahahahhaahah ^^v

ghina said...

=)